Sabtu, 05 Oktober 2013

Artikel Sistem Komunikasi Indonesia



“Pengaruh budaya menghargai keanekaragaman budaya bangsa pada Radio Republik Indonesia Sungailiat Kepulauan Bangka Belitung”

Radio Republik Indonesia Sungailiat dulunya adalah Stasiun Regional II Sungailiat yang merupakan kelanjutan dari RRI Persiapan Pangkal Pinang ( th. 1996 ) yang berlokasi di Jl. RRI Pangkal Pinang, tepatnya di gedung Nasional. Untuk pertama kali mengudara pada tanggal 15 Desember 1966. Sejalan dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan adanya perubahan status RRI menjadi Perjan sesuai PP 37 tahun 2000 tanggal 7 Juni tentang pendirian Perusahaan Jawatan RRI, maka kemudian tahun 2001 RRI Regional Sungailiat berubah menjadi Perjan RRI Cabang Muda Sungailiat. Sejalan dengan era reformasi dan tuntutan berbagai pihak mengenai peran tugas dan fungsi RRI, maka kemudian melalui proses diskusi yang panjang yang pada akhirnya RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) dengan diundangkannya UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Sesuai dengan Peraturan Direksi No. 002/PER/DIREKSI/2006 maka RRI Sungailiat termasuk dalam klasifikasi Stasiun Penyiaran Tipe C.
RRI Sungailiat mempunyai visi sebagai Radio yang mampu membangun karakter Bangsa dan misinya mempunyai point-point dalam pembangunan juga pemersatu keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Tak terkecuali di RRI Sungailiat yang memiliki dua programa yaitu RRI Pro 1 dan RRI Pro 2. Adapun masing-masing programa memiliki kalsifikasi pendengar yang berbeda karena Pro 1 untuk semua lapisan masyarakat dan Pro 2 untuk kalangan remaja dan anak muda. Adapun Programa yang paling menonjol dalam nilai-nilai menghargai keanekaragaman budaya di Indonesia mulai dari Suku, Agama, Budaya dan sebagainya adalah Programa 1 Sungailiat. Hal tersebut tidak hanya tercermin dari gaya bahasa penyiar dan reporter saat menyampaikan informasi maupun membawa acara yang masih menjaga penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar namun tidak terlalu kaku. Selain itu dalam penyampaian informasi juga diusahakan tidak menyinggung SARA karena tujuannya adalah menjadi Radio pemersatu bangsa.
            Dalam hal lainnya yang bisa terlihat secara kasat mata adalah acara-acara yang disuguhkan RRI Pro 1 karena acara-acara beberapa daerah di Nusantara ada di sana. Contohnya BatangHari 9 untuk Palembang Sumatera Selatan, Minang Maimbau untuk Padang Sumatera Barat, Anging Mamiri untuk Bugis, Tatar Pasundan untuk Sunda, Campur Sari untuk Jawa, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, untuk tetap menjaga nilai-nilai local Bangka Belitung sendiri ada juga khusus acaranya yaitu Dendang Serumpun Sebalai ditambah lagi acara-acara lagu dangdut yang disuguhkan dalam bahasa daerah Bangka yaitu Bedincak Bedaek. Tidak hanya dalam segi budaya dan bahasa, namun juga keanekaragaman agama di Indonesia. RRI Pro 1 Sungailiat mempunyai acara-acara khusus keagamaan diantaranya Mimbar Islam, Mimbar Nasrani, Mimbar Budha dan Hindu. Dulu juga ada acara yang berbahasa mandarin untuk keturunan Tionghoa yang terkenal perbaurannya dengan masyarakat di Bangka Belitung.
            Hal-hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa RRI Sungailiat khususnya RRI Pro 1 dalam membentuk karakter bangsa yang menjunjung tinggi saling harga-menghargai, toleransi, dan nilai nilai positif lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwasanya perbedaan bukanlah sebuah hal yang harus jadi masalah namun perbedaan adalah anugrah yang mempu memperkaya khasanah budaya Indonesia.
            Selain beberapa hal tadi nilai-nilai menjunjung tinggi kode etik jurnalistik juga tercermin dari informasi dan laporan yang disampaikan penyiar dan reporternya . Hal tersebut dikarenakan menjadi salah satu point penting dalam misi RRI yang pertama yaitu memberikan pelayanan informasi yang dapat menjadi acuan dan sarana control sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/ kode etik penyiaran. Jadi bahasa atau informasi yang digunakan tidak boleh menyudutkan suatu pihak atau memihak suatu kelompok namun lebih menjadi penyambung lidah masyarakat dalam menyampaikan informasi. Berbeda dengan dahulu saat orde baru RRI yang di cap sebagai corong pemerintah kini RRI telah bertransormasi menjadi Radio Independen.
            Hal positif yang bisa terlihat jelas juga dalam memberikan ruang kepada siapa saja warga Negara Indonesia untuk menyampaikan aspirasi melalui acara interaktifnya namun disertai penyampaian yang sopan dan beradab karena mencerminkan jati diri bangsa. Selain itu RRI Sungailiat dalam penyiaran acara-acanya juga dianggap menjaga nilai-nilai religius Islami karena sebagian besar penyiar dan Reporternya beragama Islam ditambah lagi sebagian besar masyarakat Bangka Belitung adalah pemeluk agama Islam sehingga dalam pembuka diawali “Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh” dan ditutup dengan “Wassalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh”. Penyiar dan reporter selalu dibiasakan untuk bertutur kata sopan, berbahasa Indonesia baik dan benar, tidak berlebihan dalam menyampaikan guyonan dan menjaga guyonan jangan sampai melukai atau menyinggung perasaan siapapun, menyampaikan informasi dengan intelek dan tegas.
            Demikianlah yang tergambar dari siaran RRI Sungailiat terutama programa 1. Dan hal-hal tersebut menjadi strategi mereka agar tetap dicintai pendengarnya. Karena siapa saja merasa memiliki mereka tanpa menyadari perbedaan-perbedaan diantara mereka. Memang harus seperti itu adanya karena kekuatan radio hanyalah audio bisa dalam bentuk suara maupun music. Jika suara dalam bentuk lisan yang didengarkan sudah melukai hati maka pendengarpun berpindah hati. Namun jika suara dalam bentuk lisan yang didengarkan penuh nilai-nilai luhur maka pendengarpun akan senantiasa menjadi pendengar setia sampai usia mereka senja.