“Pengaruh budaya menghargai keanekaragaman budaya
bangsa pada Radio Republik Indonesia Sungailiat Kepulauan Bangka Belitung”
Radio
Republik Indonesia Sungailiat dulunya adalah Stasiun Regional II Sungailiat
yang merupakan kelanjutan dari RRI Persiapan Pangkal Pinang ( th. 1996 ) yang
berlokasi di Jl. RRI Pangkal Pinang, tepatnya di gedung Nasional. Untuk pertama
kali mengudara pada tanggal 15 Desember 1966. Sejalan dengan berdirinya
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan adanya perubahan status RRI menjadi
Perjan sesuai PP 37 tahun 2000 tanggal 7 Juni tentang pendirian Perusahaan
Jawatan RRI, maka kemudian tahun 2001 RRI Regional Sungailiat berubah menjadi
Perjan RRI Cabang Muda Sungailiat. Sejalan dengan era reformasi dan tuntutan
berbagai pihak mengenai peran tugas dan fungsi RRI, maka kemudian melalui
proses diskusi yang panjang yang pada akhirnya RRI menjadi Lembaga Penyiaran
Publik (LPP) dengan diundangkannya UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.
Sesuai dengan Peraturan Direksi No. 002/PER/DIREKSI/2006 maka RRI Sungailiat
termasuk dalam klasifikasi Stasiun Penyiaran Tipe C.
RRI
Sungailiat mempunyai visi sebagai Radio yang mampu membangun karakter Bangsa
dan misinya mempunyai point-point dalam pembangunan juga pemersatu
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Tak terkecuali di RRI Sungailiat yang
memiliki dua programa yaitu RRI Pro 1 dan RRI Pro 2. Adapun masing-masing
programa memiliki kalsifikasi pendengar yang berbeda karena Pro 1 untuk semua lapisan
masyarakat dan Pro 2 untuk kalangan remaja dan anak muda. Adapun Programa yang
paling menonjol dalam nilai-nilai menghargai keanekaragaman budaya di Indonesia
mulai dari Suku, Agama, Budaya dan sebagainya adalah Programa 1 Sungailiat. Hal
tersebut tidak hanya tercermin dari gaya bahasa penyiar dan reporter saat
menyampaikan informasi maupun membawa acara yang masih menjaga penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar namun tidak terlalu kaku. Selain itu dalam
penyampaian informasi juga diusahakan tidak menyinggung SARA karena tujuannya
adalah menjadi Radio pemersatu bangsa.
Dalam hal lainnya yang bisa terlihat
secara kasat mata adalah acara-acara yang disuguhkan RRI Pro 1 karena
acara-acara beberapa daerah di Nusantara ada di sana. Contohnya BatangHari 9
untuk Palembang Sumatera Selatan, Minang Maimbau untuk Padang Sumatera Barat,
Anging Mamiri untuk Bugis, Tatar Pasundan untuk Sunda, Campur Sari untuk Jawa,
dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, untuk tetap menjaga nilai-nilai local
Bangka Belitung sendiri ada juga khusus acaranya yaitu Dendang Serumpun Sebalai
ditambah lagi acara-acara lagu dangdut yang disuguhkan dalam bahasa daerah
Bangka yaitu Bedincak Bedaek. Tidak hanya dalam segi budaya dan bahasa, namun
juga keanekaragaman agama di Indonesia. RRI Pro 1 Sungailiat mempunyai
acara-acara khusus keagamaan diantaranya Mimbar Islam, Mimbar Nasrani, Mimbar
Budha dan Hindu. Dulu juga ada acara yang berbahasa mandarin untuk keturunan
Tionghoa yang terkenal perbaurannya dengan masyarakat di Bangka Belitung.
Hal-hal tersebut menjadi bukti nyata
bahwa RRI Sungailiat khususnya RRI Pro 1 dalam membentuk karakter bangsa yang
menjunjung tinggi saling harga-menghargai, toleransi, dan nilai nilai positif
lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwasanya perbedaan bukanlah sebuah hal
yang harus jadi masalah namun perbedaan adalah anugrah yang mempu memperkaya
khasanah budaya Indonesia.
Selain beberapa hal tadi nilai-nilai
menjunjung tinggi kode etik jurnalistik juga tercermin dari informasi dan
laporan yang disampaikan penyiar dan reporternya . Hal tersebut dikarenakan
menjadi salah satu point penting dalam misi RRI yang pertama yaitu memberikan
pelayanan informasi yang dapat menjadi acuan dan sarana control sosial
masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/ kode etik penyiaran.
Jadi bahasa atau informasi yang digunakan tidak boleh menyudutkan suatu pihak
atau memihak suatu kelompok namun lebih menjadi penyambung lidah masyarakat
dalam menyampaikan informasi. Berbeda dengan dahulu saat orde baru RRI yang di
cap sebagai corong pemerintah kini RRI telah bertransormasi menjadi Radio
Independen.
Hal positif yang bisa terlihat jelas
juga dalam memberikan ruang kepada siapa saja warga Negara Indonesia untuk
menyampaikan aspirasi melalui acara interaktifnya namun disertai penyampaian
yang sopan dan beradab karena mencerminkan jati diri bangsa. Selain itu RRI
Sungailiat dalam penyiaran acara-acanya juga dianggap menjaga nilai-nilai religius
Islami karena sebagian besar penyiar dan Reporternya beragama Islam ditambah
lagi sebagian besar masyarakat Bangka Belitung adalah pemeluk agama Islam
sehingga dalam pembuka diawali “Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh” dan
ditutup dengan “Wassalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh”. Penyiar dan
reporter selalu dibiasakan untuk bertutur kata sopan, berbahasa Indonesia baik
dan benar, tidak berlebihan dalam menyampaikan guyonan dan menjaga guyonan
jangan sampai melukai atau menyinggung perasaan siapapun, menyampaikan
informasi dengan intelek dan tegas.
Demikianlah yang tergambar dari
siaran RRI Sungailiat terutama programa 1. Dan hal-hal tersebut menjadi
strategi mereka agar tetap dicintai pendengarnya. Karena siapa saja merasa
memiliki mereka tanpa menyadari perbedaan-perbedaan diantara mereka. Memang
harus seperti itu adanya karena kekuatan radio hanyalah audio bisa dalam bentuk
suara maupun music. Jika suara dalam bentuk lisan yang didengarkan sudah
melukai hati maka pendengarpun berpindah hati. Namun jika suara dalam bentuk
lisan yang didengarkan penuh nilai-nilai luhur maka pendengarpun akan
senantiasa menjadi pendengar setia sampai usia mereka senja.