Rabu, 08 Januari 2014

Nur Dewi Lestari sosok Opinion Leader di kalangan perempuan dan anak-anak.



Nur Dewi Lestari, mungkin nama itu sudah tak asing di telinga masyakarat Bangka Belitung terutama di kalangan perempuan dan anak-anak. Kiprahnya yang begitu nyata dalam Forum Lintas LSM Bangka. Ia adalah Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Pendidikan di Yayasan Nur Dewi Lestari wilayah Bangka Belitung.
Yayasan Nur Dewi Lestari ini berbasiskan kegiatan sosial, kemanusiaan, dan keagamaan yang dibutuhkan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti pendirian TK/PAUD Tunas Jaya, advokasi korban KDRT, korban perkosaan/pencabulan, korban trafficking, membantu pengobatan pasien Gakin (Keluarga Miskin), anak gizi kurang, lansia tidak mampu, kaum dhuafa, orang-orang berkebutuhan khusus (cacat), anak dhuafa/terlantar, serta advokasi anak berhadapan dengan hukum (ABH) dan penyuluhan akan bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat.
            Jika dihubungkan dengan konteks opinion leader yaitu orang-orang yang dianggap banyak mendapatkan informasi, menjadi sumber informasi yang sering dimintai pendapat dan bantuannya maka tak salah jika kita mengarah pada sosok Nur Dewi Lestari. Seorang ibu rumah tangga biasa dan juga merupakan kepala sekolah TK-PAUD Tunas Jaya Sinar Baru yang mempunyai wawasan cukup luas yang didukung dengan pendidikan formal maupun informal yang ia dapatkan diantaranya diklat pekerja sosial dalam perlindungan anak  tahun 2007, peserta kader gizi tahun 2010, diklat manajemen kesejahteraan sosial bagi pengelola lembaga kesejahteraan sosial anak tahun 2013 dan masih banyak diklat atau pelatihan lainnya yang pernah ia ikuti.

            Sebagai seorang perempuan yang dianggap kompeten dan memiliki banyak link untuk membantu masalah-masalah sosial terutama perlindungan pada anak dan perempuan maka tak heran jika Nur Dewi Lestari sering dimintai pendapatnya sekaligus ia sendiri turun tangan untuk membantu menyelesaikan kasus atau permasalahan yang menimpa perempuan maupun anak-anak seperti KDRT. Berdasarkan catatan pihak Yayasan Nur Dewi Lestari sendiri dari Januari hingga pertengahan Oktober 2012 ini, jumlah korban KDRT yang ditangani yayasan tersebut sebanyak 73 kasus. Sebanyak 23 kasus diselesaikan melalui proses hukum dengan melapor kepolisian, pengadilan  agama maupun pengadilan negeri. Sedangkan sisanya sebanyak 50 kasus diselesaikan melalui mediasi, kekeluarga maupun konsultasi ke yayasan. Hal ini menunjukkan kompetensi Nur Dewi Lestari melalui yayasannya menjadi sosok opinion leader.
Setiap tahun Nur Dewi Lestari melalui yayasannya bekerja sama dengan Pemkab Bangka mensosialisasikan UU KDRT nomor 23 tahun 2004 ke delapan kecamatan di kabupaten Bangka agar masyarakat paham tentang undang-undang yang melindungi perempuan dan anak-anak. Dalam sosialisasinya beliau selalu memberikan nomor handphone nya kepada masyarakat agar jika suatu waktu terjadi kasus atau masalah sosial seperti KDRT maka bisa menghubungi atau berkonsultasi hingga beliau bisa turun untuk membantu.
Di media massa cetak seperti koran-koran lokal kita juga sering dimuat berita tentang kepedulian Nur Dewi Lestari terhadap masalah sosial terutama yang berhubungan dengan perlindungan perempuan dan anak-anak. Beliau adalah sosok perempuan yang dianggap mampu mewakili perempuan dan anak-anak untuk memperjuangkan hak-hak nya. Selain itu beliau juga aktif diundang menjadi pembicara atau narasumber dalam berbagai acara dengan tema permasalahan sosial
Falsafah dalam hidup yang dimiliki Nur dewi Lestari yaitu “Hidup ini hanya satu kali maka harus bermanfaat untuk orang lain dan jalanilah seperti air mengalir”. Tak heran jika beliau mendedikasi kan dirinya untuk membantu sesama. Di usianya yang dikatakan tidak muda lagi kita berharap beliau tetap aktif untuk membela hak-hak perempuan dan anak-anak. Dan tentunya semoga akan ada Nur Dewi Lestari lainnya yang akan melanjutkan perjuangannya sebagai pembela kaum perempuan dan anak-anak.

Jumat, 29 November 2013

Andai saya kuliah di Korea Selatan



Seandainya saya mendapat beasiswa untuk kuliah ke luar negeri saya memilih Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) Korea Selatan. Disana merupakan universitas yang memperdalam segalam bidang komunikasi. Di Korea Selatan Lingkungan akademiknya  kompetitif. Karena Masyarakat Korea menganggap  masuk ke sebuah universitas bergengsi sebagai prasyarat untuk sukses. Dan saya anggap Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) adalah salah satu pilihan yang tepat dan sesuai dengan bidang yang saya inginkan.
Karena di Korea Selatan adalah negara yang mengalami teknologi inovatif maka hal yang pertama kali saya persiapkan tentunya gadget. Dan di Korea Selatan Gadget yang multifunsi adalah Handphone. Maka saya harus memiliki salah satu Handphone multifungsi yang tidak yang tidak hanya untuk panggilan dan pesan tetapi juga untuk menonton TV, situs web, melihat dan melacak status online dan sebagainya agar bisa menjadi media komunikasi yang akan memudah kan saya nantinya.
Mempelajari kebudayaan Korea Selatan adalah hal yang tak kalah penting bahkan sangat penting terutama bahasanya. Jadi saat akan menempuh pendidikan di Korea Selatan tentunya saya sudah mempersiapkan diri dengan kursus bahasa Korea dan bahasa Inggris. Dengan persiapan tersebut akan sangat bermanfaat untuk mempermudah saya berkomunikasi dengan orang-orang disana dan tentunya yang terpenting adalah menunjang proses pembelajaran di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) yang juga  ditunjang gadget canggih yang mempunyai fitur untuk menterjemahkan bahasa asing yaitu bahasa Korea.
Saat berada di negari Gingseng tersebut, yaitu negara yang mempunyai budaya yang berbeda dengan budaya kita mulai dari bahasa, seni baik musik maupun tari yang kita kenal dengan K_Pop nya, busana, kuliner dan sebagainya maka tentunya saya harus menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Dalam hal kepercayaan, karena di Korea kebanyakan orang tidak beragama atau atheis kemudian didominasi juga oleh agama Budha maka saya sebagai agama minoritais yaitu Islam harus berupaya agar dapat saling menghargai perbedaan tersebut. Namun saya harus tetap berpegang teguh dengan tetap menjalani perintah Allah SWT dan menjauhi segala bentuk laranganNya . Untuk masalah kebutuhan makanan saya juga harus memeprsiapkan diri, sebab disana banyak kuliner yang haram bagi kita tapi tidak bagi mereka maka harus mensiasatinya dengan menyiapkan makanan kaleng atau instant yang dikirim langsung dari Indonesia atau bisa didapatkan disana.
Banyak sekali perbedaan-perbedaan budaya yang harus saya sesuaikan. Dalam hal ini saya tak harus mengikuti semua budaya mereka. Karena jika tidak sesuai dengan keyakinan saya atau bertentangan dengan budaya yang telah saya tetapkan dalam hati maka tidak perlu diikuti ,tapi kita juga tidak boleh menghina atau melarang mereka. Sedangkan untuk kebudayaan yang masih bisa kita tolerir kita bisa tetap menjalaninya.
Selain menyesuaikan diri pada budaya mereka tentunya tak lupa kita sebagai orang Indonesia harus memperkenalkan juga budaya kita pada mereka. Jangan sampai negara Indonesia yang demam K_Pop sampai cara berbusana Korea yang ditiru oleh para remaja Indonesia hingga kita lupa mempromosikan budaya kita sendiri yang tak kalah kaya nya dengan budaya Korea. Salah satu caranya adalah dengan mengkombinasikan bahasa Indonesia dengan bahasa Korea saat berkomunikasi sehingga lama-kelamaan mereka akan terbiasa dan mengerti saat kita menggunakan sedikit bahasa kita dalam pergaulan.
Hal lain yang sangat simpel adalah menggunakan aksesoris, pakaian, atau perlengkapan-perlengkapan  khas Indonesia. Misalnya syal yang bermotif batik karena cuaca di sana sangat dingin. Kemudian gantungan kunci yang berbentuk benda-benda budaya di Indonesia bisa kita gunakan di tas, hanphone dan sebagainya. Dalam dalam kesempatan khusus kita bisa memberikan cinderamata khas Indonesia pada orang Korea yang merupakan teman-teman kita saat berulang tahun.
Hal kecil lainnya yang bisa saya lakukan adalah memutarkan lagu-lagu khas Indonesia saat berada di kost atau tempat saya tinggal. Di tempat saya tinggal juga dilengkapi ornamen-ornamen khas Indonesia sehingga suatu waktu saat saya mengundang mereka datang maka mereka bisa melihat langsung hal tersebut , jadi mereka bisa mengenali budaya kita dan kita menceritakannya.

Selain itu, hal yang mungkin bisa juga saya lakukan adalah membentuk perkumpulan seni Indonesia dengan pelajar atau mahasiswa dari negara Indonesia lainnya. Dan setiap sebulan sekali kita mengadakan pertunjukkan seni di suatu tempat yang telah disepakati. Dan hal tersebut akan mengundang minat orang-orang Korea untuk menontonnya. Dari situlah kita bisa memperkenalkan sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia.
Dan terakhir adalah selalu mencerminkan sikap yang menghargai perbedaan, ramah tamah, sopan santun pada pergaulan, karena itu adalah cerminan bangsa Indonesia. Saat pribadi kita berkesan di hati orang-orang maka secara tak langsung kita mewakili sebagai warga negara Indonesia. Mereka akan menganggap bahwa orang Indonesia adalah orang yang mempunyai kepribadian baik dan budaya yang baik pula. Karena jika bukan kita yang mengenalkan budaya Indonesia….siapa lagi ?

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konsep “net citizen”




Pada era globalisasi saat ini kemajuan teknologi membuat seseorang tak lagi harus menjadi wartawan atau jurnalis saat ia ingin menyampaikan gagasan atau informasi pada sebuah media. Setiap orang dengan latar belakang yang berbeda-beda bisa mengekspresikan gagasannya itu dengan bebas. Adapun kegiatan tersebut dikenal dengan istilah Citizen Journalism.
Citizen Journalism yang jika diartikan menurut bahasanya berarti jurnalisme warga yaitu aksi dari warga kota/negara yang memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminasi berita dan informasi. Karena tidak terikat dengan salah satu profesi tertentu maka citizen journalism dikategorikan sebagai jurnalisme publik. Maksud dari partisipasi publik ini untuk menghadirkan independensi, reliabilitas, akurasi, dan relevansi informasi yang ada dalam demokratisasi.
Citizen journalism  yang bisa kita amati langsung seperti melalui radio dapat dilihat pada laporan lalu lintas yang disampaikan warga. Di televisi, jurnalisme warga dapat dilihat dari video-video amatir yang dibuat warga tentang sebuah peristiwa. Di media cetak, jurnalisme warga bisa dilihat dari surat pembaca. Sementara di internet, jurnalisme warga dapat dilihat dari tulisan-tulisan warga di berbagai blog atau jejaring sosial dan jurnalisme di internet lebih kita kenal dengan istilah”net citizen”.
Dalam penyampaian gagasan, ide atau pun informasi dengan media intenet, kegiatan net citizen bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam informasinya tersebut. Adapun yang kita ketahui bersama lima sila dalam  Pancasila adalah:
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh khikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tentunya dalam kegiatan net citizen kita bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam gagasan, ide atau informasi yang akan kita sampaikan dalam media internet baik melalui blog, jejaring sosial dan yang lainnya. Yang paling mudah dan efektif, tentu saja blog. Melalui blog, setiap orang bebas mengisinya dengan apa saja, bisa artikel, essai, opini, hingga curahan hati.
Salah satu contoh saat kita membuat artikel dalam blog, kita bisa memasukkan bentuk aplikasi sila pertama pada isi tulisan kita yaitu keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious, bukan bangsa yang ateis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan perbuatan untuk taat kepada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan ajaran atau tuntutan agama yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga memiliki arti bagi adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
.Bentuk aplikasi sila ke dua diantaranya kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya dan sama hak dan kewajiban asasinya. Berdasarkan nilai ini, secara mutlak ada pengakuan terhadap hak asasi manusia.
Bentuk aplikasi sila ketiga antara lain yaitu  usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisasi dalam Negara kesatuan republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Adanya perbedaan bukan sebagai sebab perselisihan tetapi justru dapat menciptakan kebersamaan. Kesadaran ini tercipta dengan baik bila “Bhinneka Tunggal Ika” sungguh-sungguh dihayati. Dan dalam tulisan kita tidak ada kalimat yang memprovokasi yang menyinggung SARA hingga bisa terjadi perpecahan.
Bentuk aplikasi sila keempat antara lain tentang pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai ini, diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat. Dan bisa digambarkan bagaimana proses demokrasi itu berlangsung salah satu contohnya melalui Pemilu.
Aplikasi sila kelima pada penulisan artikel atau informasi kita di media internet antara lain yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasar pada nilai ini, keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh bangsa. Negara Indonesia yang diharapkan adalah Negara Indonesia yang berkeadilan.
Jika dalam gagasan, ide, informasi yang kita sampaikan dengan media internet mampu memuat nilai-nilai Pancasila tentunya hal ini mampu membentuk komunikator dan komunikan internet yang berlandaskan Pancasila. Sehingga kehidupan berwarga negara yang damai, adil, sejahtera dan sebagainya bisa terwujud. Namun pada dasarnya yang perlu kita tanyakan pada diri kita masing-masing sebagai user internet sudahkan kita melakukannya?. Jika belum, maka segerakanlah agar penyimpangan-penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila seperti ketidak adilan di bidang penegakan hukum, ketidak adilan dalam segala bidang untuk rakyat kecil, tindakan korupsi dan hal-hal lainnya yang kebanyakan tidak berpihak pada rakyat namun lebih pada mengutamakan kepentingan-kepentikan kelompok tertentu dapat dikurangi. Atau paling tidak kita mampu membuka mata bangsa Indonesia bahwa negara kita seharusnya menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman agar kehidupan lebih damai dan indah.