1 Muharram Kampung Kenanga;
Momen mempererat Ukhuwah
Islamiyah.
Kampung
Kenanga dulunya terkenal dengan pohon Kenanga yang mengeluarkan aroma wangi yang
khas dan ukurannya besar sehingga bisa dibuat perahu. Dari arah Pangkalpinang, Kelurahan
Kenanga terletak sebelum masuk ke Kota Sungailiat. Masyarakatnya terkenal
ramah, santun dan religius.
Ada
satu hal yang unik dan patut dilestarikan dari kebiasaan masyarakat kelurahan
Kenanga Kabupaten Bangka. Hal tersebut yaitu perayaan tahun baru Islam, 1 Muharram yang rutin
dilakukan oleh masyarakatnya. Perayaan 1 Muharram dilaksanakan oleh seluruh
umat Islam di seluruh belahan dunia tapi tidak semua tempat atau daerah
merayakannya secara meriah. Khusus di Bangka Belitung, Kenanga adalah salah
satu tempat yang merayakannya secara meriah dan besar-besaran.
Salah
seorang anggota Ikatan Keluarga Besar Anak Kenanga (Ikebana) bernama Rustam yang kini tinggal di Bogor Jawa Barat,
mengatakan bahwa perayaan 1 muharram di
Kenanga sudah diperingati sejak tahun 1947 yang dimotori oleh ketua adat yang
pada waktu itu merupakan kakeknya sendiri yaitu Thalib bin Galib dan kepala desa Khatob bin Hakim. Menurut
salah seorang sepuh Desa Kenanga lainnya, Cak
Mid, perayaan 1 Muharram
digambarkan dengan kegiatan menjadikan pohon Kenanga yang besar menjadi perahu lalu diarak oleh masyarakat
setempat dengan melukis wajah mereka seperti orang-orang dari suku Dayak. Pesan dari nenek moyang mereka agar perayaan tersebut
harus terus dijalankan.
Perayaan
Muharam biasanya diawali dengan adat Nganggung Sepintu Sedulang yaitu membawa
makanan dari rumah ke Masjid menggunakan dulang. Setelah mereka sampai ke Masjid,
acara berikutnya dilanjutkan dengan ceramah agama. Dan terakhir pembukaan Selubung.
Di dalam Selubung itu terdapat berbagai barang peninggalan masyarakat setempat diantaranya
Kerito Surong, Lumpang Kayu, Bubu, Jaring,
Guci, Cakar rumput, Cangkul dan peralatan lainnya. Untuk tahun kemarin,
perayaannya malah ditambahkan dengan Zuriyat Urang Kenango (Pengumuman yang
berisi silsilah masyarakat Kenanga).
Disamping
berbagai peralatan peninggalan tersebut, juga disiapkan dulang raksasa
berdiameter 1,5 meter. Dulang raksasa itu berisi kue Bolu Kujo dan hidangan
hidangan lainnya yang dimakan bersama setelah menjamu para pejabat dan tamu
yang hadir di Masjid. Selain itu ada juga telur Idang yakni telur rebus yang
sudah diwarnai dan dihiasi berbagai hiasan yang ditancapkan di pohon pisang.
Telur ini menjadi rebutan masyarakat terutama ibu-ibu. Setelah Nganggung
selesai, para undangan dan masyarakat biasanya langsung bertamu ke rumah sanak
famili maupun kenalan yang sudah menyiapkan berbagai makanan.
Selain
nganggung, banyak juga diselenggarakan kegiatan seperti pawai Budaya, Lomba
Agama seperti Azan, Rebana, Mengaji, Kegiatan Olahraga, Panjat Pinang dan
seabrek kegiatan lainnya.
Masyarakat
Kelurahan Kenanga merayakannya seperti layaknya lebaran Idul Fitri dan Idul
Adha (Qurban). Setiap rumah seolah menggelar open house dan menyediakan beragam makanan seperti ketupat, opor
ayam, rendang, kue dan buah-buahan dan yang paling khas adalah kue Bolu Kujo.
Kue ini berbahan dasar santan kelapa dan hanya muncul pada hari-hari besar
tertentu termasuk 1 Muharram.
Layaknya
menyambut lebaran, pada saat itu warga Kenanga yang berada di luar daerah sengaja
mudik untuk berkumpul bersama keluarga. Sanak famili jauh juga datang bersilaturhami
pada hari itu. Ada juga tamu yang berasal dari sejumlah wilayah misalnya Koba,
Mentok, Pangkalpinang, Belinyu dll. Saking ramainya perayaan tersebut membuat
jalanan macet karena banyaknya tamu yang datang.
Maka
tak heran perayaan 1 Muharam sekarang sudah menjadi even tahunan dalam kalender
wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka. Salah satu tujuannya
untuk melestarikan budaya dan menjadi ajang silahturahmi masyarakat. Seperti disampaikan oleh Dra. Windiati selaku
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka.
Suasana
kebersamaan dan kekeluargaan terasa ketika sanak keluarga dari luar daerah saling
melepas. Canda dan gelak tawa pun membuat hangat suasana hampir di setiap rumah
warga di Kenanga. Kegembiraan itupun dirasakan oleh masyarakat dari tempat lain
yang bertamu dan bersuka cita pada hari itu.
Ukhuwah
Islamiah semakin erat ketika perayaan 1 Muharam dengan tidak melupakan makna
sebenarnya dari 1 Muharram sendiri. Perayaan 1 Muharram patut dilestarikan
karena ia merupakan identitas masyarakat Bangka Belitung. Sebuah kearifan lokal
mencerminkan masyarakat yang ramah, santun serta religious dalam terpaan arus
globalisasi yang makin kencang dari tahun ketahun. Partisipasi masyarakat dalam
perayaan itu adalah salah satu pilar utama dalam pelestarian budaya kita,
budaya Bangka Belitung.