Jumat, 24 Mei 2013

FEATURE


1 Muharram Kampung Kenanga;
Momen mempererat  Ukhuwah Islamiyah.

Kampung Kenanga dulunya terkenal dengan pohon Kenanga yang mengeluarkan aroma wangi yang khas dan ukurannya besar sehingga bisa dibuat perahu. Dari arah Pangkalpinang, Kelurahan Kenanga terletak sebelum masuk ke Kota Sungailiat. Masyarakatnya terkenal ramah, santun dan religius.
Ada satu hal yang unik dan patut dilestarikan dari kebiasaan masyarakat kelurahan Kenanga Kabupaten Bangka. Hal tersebut yaitu perayaan  tahun baru Islam, 1 Muharram yang rutin dilakukan oleh masyarakatnya. Perayaan 1 Muharram dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di seluruh belahan dunia tapi tidak semua tempat atau daerah merayakannya secara meriah. Khusus di Bangka Belitung, Kenanga adalah salah satu tempat yang merayakannya secara meriah dan besar-besaran.
Salah seorang anggota Ikatan Keluarga Besar Anak Kenanga (Ikebana) bernama  Rustam yang kini tinggal di Bogor Jawa Barat,  mengatakan bahwa perayaan 1 muharram di Kenanga sudah diperingati sejak tahun 1947 yang dimotori oleh ketua adat yang pada waktu itu merupakan kakeknya sendiri yaitu Thalib bin  Galib dan kepala desa Khatob bin Hakim. Menurut salah seorang sepuh Desa Kenanga lainnya, Cak  Mid,  perayaan 1 Muharram digambarkan dengan kegiatan menjadikan pohon Kenanga yang besar  menjadi perahu lalu diarak oleh masyarakat setempat dengan melukis wajah mereka seperti orang-orang dari suku Dayak.  Pesan dari nenek moyang mereka agar perayaan tersebut harus terus dijalankan.
Perayaan Muharam biasanya diawali dengan adat Nganggung Sepintu Sedulang yaitu membawa makanan dari rumah ke Masjid menggunakan dulang. Setelah mereka sampai ke Masjid, acara berikutnya dilanjutkan dengan ceramah agama. Dan terakhir pembukaan Selubung. Di dalam Selubung itu terdapat berbagai barang peninggalan masyarakat setempat diantaranya Kerito Surong, Lumpang Kayu,  Bubu, Jaring, Guci, Cakar rumput, Cangkul dan peralatan lainnya. Untuk tahun kemarin, perayaannya malah ditambahkan dengan Zuriyat Urang Kenango (Pengumuman yang berisi silsilah masyarakat Kenanga).  
Disamping berbagai peralatan peninggalan tersebut, juga disiapkan dulang raksasa berdiameter 1,5 meter. Dulang raksasa itu berisi kue Bolu Kujo dan hidangan hidangan lainnya yang dimakan bersama setelah menjamu para pejabat dan tamu yang hadir di Masjid. Selain itu ada juga telur Idang yakni telur rebus yang sudah diwarnai dan dihiasi berbagai hiasan yang ditancapkan di pohon pisang. Telur ini menjadi rebutan masyarakat terutama ibu-ibu. Setelah Nganggung selesai, para undangan dan masyarakat biasanya langsung bertamu ke rumah sanak famili maupun kenalan yang sudah menyiapkan berbagai makanan.
Selain nganggung, banyak juga diselenggarakan kegiatan seperti pawai Budaya, Lomba Agama seperti Azan, Rebana, Mengaji, Kegiatan Olahraga, Panjat Pinang dan seabrek kegiatan lainnya.
Masyarakat Kelurahan Kenanga merayakannya seperti layaknya lebaran Idul Fitri dan Idul Adha (Qurban). Setiap rumah seolah menggelar open house dan menyediakan beragam makanan seperti ketupat, opor ayam, rendang, kue dan buah-buahan dan yang paling khas adalah kue Bolu Kujo. Kue ini berbahan dasar santan kelapa dan hanya muncul pada hari-hari besar tertentu termasuk 1 Muharram.
Layaknya menyambut lebaran, pada saat itu warga Kenanga yang berada di luar daerah sengaja mudik untuk berkumpul bersama  keluarga.  Sanak famili jauh juga datang bersilaturhami pada hari itu. Ada juga tamu yang berasal dari sejumlah wilayah misalnya Koba, Mentok, Pangkalpinang, Belinyu dll.  Saking ramainya perayaan tersebut membuat jalanan macet karena banyaknya tamu yang datang.
Maka tak heran perayaan 1 Muharam sekarang sudah menjadi even tahunan dalam kalender wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka. Salah satu tujuannya untuk melestarikan budaya dan menjadi ajang silahturahmi masyarakat.  Seperti disampaikan oleh Dra. Windiati selaku Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka.
Suasana kebersamaan dan kekeluargaan terasa ketika sanak keluarga dari luar daerah saling melepas. Canda dan gelak tawa pun membuat hangat suasana hampir di setiap rumah warga di Kenanga. Kegembiraan itupun dirasakan oleh masyarakat dari tempat lain yang bertamu dan bersuka cita pada hari itu.
Ukhuwah Islamiah semakin erat ketika perayaan 1 Muharam dengan tidak melupakan makna sebenarnya dari 1 Muharram sendiri. Perayaan 1 Muharram patut dilestarikan karena ia merupakan identitas masyarakat Bangka Belitung. Sebuah kearifan lokal mencerminkan masyarakat yang ramah, santun serta religious dalam terpaan arus globalisasi yang makin kencang dari tahun ketahun. Partisipasi masyarakat dalam perayaan itu adalah salah satu pilar utama dalam pelestarian budaya kita, budaya Bangka Belitung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar