Di susun oleh kelompok HARMONISASI
SEMESTER 7
ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PAHLAWAN 12
SUNGAILIAT BANGKA
TAHUN 2013
PENDAHULUAN
Nama Vicky Prasetya alias
Hendrianto mendadak menjadi terkenal di seluruh dunia maya. Mantan tunangan
seorang penyanyi dangdut Zaskia Gothic menjadi terkenal disebabkan konfrensi
persnya diunggah ke situs video sharing Youtube. Tanpa ada beban sedikitpun,
Vicky mengeluarkan tata bahasa gado-gadonya saat diwawancarai. Kata-kata
seperti “kontroversi hati”, “konspirasi kemakmuran”, “harmonisasi”, hingga “kudeta keinginan” bahasa inggris twenty nine my age dan lain sebagainya.
Maka, tidak mengherankan jika di dunia maya bahkan di media massa cetak dan
elektronik terutama televisi, nama Vicky banyak dibicarakan, dijadikan lelucon
dan olok-olok .
Namun, tanpa disadari fenomena
Vickynisasi seperti itu sudah lama terjadi dalam kehidupan kita. Hanya saja,
kita tidak menyadari semua itu karena sudah terlalu terbiasa. Salah satu
contohnya adalah, seperti yang pernah menjadi trend beberapa waktu yang lalu,
penggunaan kata “secara” yang tidak pada tempatnya. Makna kata“secara” saat itu
sempat berubah menjadi seperti kata “adalah”, sebagaimana sering diucapkan oleh
mereka yang menyebut dirinya “anak gaul” (secara gue itu anak gaul gitu loch;
secara kamu itu kan temanku dan lain sebagainya). Mereka yang lahir di dekade
tahun 1960an dan 1970an dan tumbuh dewasa di era Orde Baru mungkin akrab dengan
penggunaan kata “daripada” yang juga sebenarnya salah tempat. Namun, karena
yang menggunakan adalah orang yang paling berkuasa saat itu, maka sepertinya
tidak ada yang berani mengoreksi.
Fenomena-fenomena diatas menimbulkan
efek negatif
untuk komunikasi kita dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik benar yang
sering dianjurkan saat kita mengenyam pendidikan mulai dari SD sampai sarjana
bahkan saat kita berada di tempat kerja. Maka kelompok kami pun tertarik
membahas mengenai VICKYNISASI “sebagai gejala komunikasi gaya
baru” yang lebih
banyak berefek negative daripada positif bagi budaya berbahasa kita.
PEMBAHASAN
A.
VICKYNISASI sebagai gejala komunikasi gaya baru
yang negatif
Susunan kalimat dalam bahasa kita,
meskipun sebenarnya sudah memiliki bentuk baku, masih saja sering dipergunakan
secara salah dan kurang efektif. Bahkan kesalahan-kesalahan tersebut masih bisa
kita temukan dalam bahasa tulisan, yang seharusnya sudah melalui proses editing
yang ketat sebelum diterbitkan.
Dalam konsep manusia Indonesia
dewasa ini, bicara dengan gunakan kata terminologi asing ialah sesuatu yang keren, intelek, dan
berwibawa. Pemahaman ini mau tidak mau ada dan berkembang pesat dalam diri
masyarakat Indonesia. Namun masalahnya jika digunakan pada kalimat yang salah
maka akan membuat kesan intelek berubah menjadi sebaliknya. Dan hal ini akan
membuat pergeseran makna kata tersebut.
Berikut ini adalah transkrip dari
video konfrensi pers Vicky usai adakan pertunangan dengan Zaskia Gotik.
“DI usiaku saat
ini… ya TWENTY NINE MY AGE, aku masih merindukan APRESIASI karena BASICALLY aku
suka musik walaupun KONTROVERSI HATI-ku lebih menunjukkan KONSPIRASI KEMAKMURAN
yang kita pilih, kita belajar pada HARMONISISASI pada hal yang terkecil sampai
yang terbesar, ngga boleh ego terhadap satu kepentingan & MENGKUDETA apa
yang menjadi keinginan. Ini bukan MEMPERTAKUT bukan MEMPERSURAM STATUTISASI
KEMAKMURAN keluarga dia tetapi menjadi CONFIDENT. Kita harus bisa MENSIASATI
KECERDASAN itu untuk LABIL EKONOMI kita lebih baik; aku sangat bangga.”
Melihat transkrip dari video
konfrensi pers Vicky Prasetyo diatas maka bisa dilihat beberapa kata kata asing
dan kata serapan juga bahasa Indonesia digunakan tidak sesuai dengan tempatnya
sehingga maknanya jadi berubah bahkan terkesan tidak sesuai.
Inilah kehebohan sekaligus bencana
besar terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar kedepannya, baik penulisan
maupun pengucapan. Melihat dan menelaah lebih dalam bagaimana ucapan dan
penulisan dari hasil transkrip video tersebut. Penulis beranggapan ini hal ini
sangat berbahaya dan berpegaruh cukup besar, karena semakin lama kita fokus
dengan “vikinisasi” maka kita akan makin terpengaruh dan terbiasa menggunakan
bahasa yang salah itu walaupun sekedar untuk olok-olokan.
Karena Dalam Sistem komunikasi Indonesia Bahasa
adalah budaya universal dengan asumsi dasar : komunikasi adalah proses budaya,
pertukaran budaya antar per orangan, kelompok, massa . Dan budaya merupakan keseluruhan gagasan & karya
manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil
budi dan karyanya (Koentjaraningrat :1997) . Jika vikinisasi berkembang menjadi
komunikasi yang dibiasakan bukan tidak mungkin bisa menjadi budaya bahasa yang
baru.
Namun pada kenyataannya media terus
menjadikan kasus vikinisasi ini menjadi bahan berita mereka dan menyodorkannya
pada penonton di Indonesia sebagai khalayak media. Kita akui juga vikinisasi
ini sebagai sesuatu yang apabila orang mendengarnya akan membuat mereka akan
tertawa.
Tetapi, dibalik itu semua ada
tanggung jawab besar untuk kita, khususnya mahasiswa dan masyarakat Indonesia
umumnya. Untuk dapat segera mungkin memberikan penjelasan bahwa penulisan dan
ucapan Vicky pada video tersebut ialah salah . Jika berkaca pada pedoman pada
kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bukankah, bahasa Indonesia salah
satu alat pemersatu bangsa ? Apalagi bahasa Indonesia terbentuk melalui ikrar
Sumpah Pemuda dengan segala perjuangan mereka yang harus kita hargai. Kita semua
sepakat akan hal itu. Tetapi, ironis dewasa ini, bahasa Indonesia telah
kehilangan marwah dan wibawanya di masyarakat dunia, jangan dulu bicara dunia.
Untuk masyarakat Indonesia sendiri yang gunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah mempermalukan bahasanya
sendiri dengan melecehkan kebakuan bahasa Indonesia.
Berbicara dengan campur adukan bahasa
Indonesia dan bahasa asing layaknya makanan gado-gado, mengadopsi kata-kata
asing tidak pada posisi yang benar. Dan adanya pemahaman bagi mereka, bahwa
indikasi besar untuk dikatakan sebagai manusia intelek dilihat dari apakah
bahasa mereka dipahami atau tidak, jika tidak artinya mereka berhasil jadi
seorang intelek dan sebaliknya
Dengan alasan diatas maka kelompok kami menganggap vickynisasi berefek
negative dan ALAY karena :
·
Menggunakan bahasa
Indonesia tidak sesuai EYD
·
Menggunakan bahasa
serapan yang bertujuan untuk sok intelek tapi tidak benar
·
Merusak kaedah bahasa
Indonesia kita yang diwujudkan dengan perjuangan melalui ikrar sumpah Pemuda
·
Menggunakan bahasa
asing yang salah
·
Membuat komunikan yang
menerima pesan tidak paham apa maksud pesannya.
·
Tujuan komunikasi
adalah peningkatan status sosial agar dianggap punya pendidikan tinggi dan
status sosial yang disejajarkan dengan pengusaha-pengusa muda yang sukses
B.Pengaruh
gaya bahasa vicky (vikinisasi)
Fenomena Vicky punya pengaruh besar
dalam mempengaruhi pemahaman dan implementasi masyarakat Indonesia tentang
penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar kedepannya.
Sebab, Vicky adalah tunangan dari zaskia gotik penyanyi dangdut yang sedang
naik daun. Mereka berdua telah menjadi publik figur, disaat itu juga puluhan
juta masyarakat Indonesia akan memperhatikan mereka dari ujung rambut hingga
ujung kaki. Terutama tingkah laku seperti, gaya hidup. Dibantu lagi seringnya
media massa yang terus- menerus memutarkan kembali video Vicky, menambah
tersebarnya ‘virus-virus” Vicky.
Media massa dengan dahsyat dan
giatnya saat ini sedang mendidik dan mengarahkan masyarakat Indonesia untuk
berbicara dan menulis layaknya Vicky, inilah hal yang tidak pernah kita sadari.
Sebenarnya, jika bahasa “Vickynisasi” tidak menjadi perhatian media. Penulis
yakin, fenomena Vicky tidak akan punya pengaruh sebesar ini.
Berikut ini pencarian penulis
bagaimana gaya bahasa Vicky (Vickynisasi) menjadi tren di berbagai kalangan
masyarakat Indonesia sebagi dampak vickynisasi:
1.
Bahkan politikus
terimbas oleh fenomena Vickynisasi seperti mantan ketua umum partai Demokrat,
Anas Urbaningrum.
2.
Lalu Bergaya
'Vickynisasi', Wali Kota Makassar ditegur Hakim. http://news.okezone.com/read/2013/09/19/339/868559/bergaya-vickynisasi-wali-kota-makassar-ditegur-hakim
3.
Para nara pidana juga
ikutan http://www.jpnn.com/read/2013/09/15/191029/Para-Napi-Tiru-Gaya-Bahasa-Vicky-
4. Terbaru,
heboh! Video Syahrini bicara ala Vicky http://hot.detik.com/read/2013/10/16/132345/2386931/230/heboh-video-syahrini-bicara-ala-vicky
Dan masih banyak lagi mereka yang
terpengaruh akibat fenomena Vicky dan gaya bahasanya. Segelintir manusia yang
hanya berikan perhatian pada dampak negatif terhadap eksistensi bahasa
Indonesia kedepannya. Mereka hanya sibuk jadikan ini sebagai lelucon semata.
C.
Peran media sebagai penyebar “vickynisasi”
Berikut pendapat Menko Polhukam,
Djoko Suyanto tentang peranan media dalam membentuk opini publik.
Sindonews.com,http://nasional.sindonews.com/read/2013/02/27/12/722347/djoko-media-memiliki-peranan-penting-membangun-opini-publik
“Media memiliki peran strategis dan kekuasaan
dalam membentuk opini dan konstruksi yang beredar di masyarakat. Baik buruknya
suatu negara dapat dilihat dari mana media menghasilkan sudut pandang,”.
“Kekuatan pers bisa membentuk kenyataan,
realita yang ingin disampaikan, ditonjolkan, maupun yang disingkirkan,”
tambahnya.
Kita
berharap media tidak lagi bermain-main dengan kekuatan dan peran strategisnya
dalam membentuk opini/persepsi masyarakat. Memilih dan memilah hal yang ingin
disampaikan ke masyarakat umum.
Media massa dengan dahsyat dan giatnya saat ini
sedang mendidik dan mengarahkan masyarakat Indonesia untuk berbicara dan
menulis layaknya Vicky, inilah hal yang tidak pernah kita sadari
Video konfrensi pers Vicky jika terus menerus di
tayangkan baik di televisi dan transkripnya ditulis di media cetak baik koran,
majalah bahkan di dunia maya. Akan dapat membentuk opini/persepsi masyarakat
tentang gaya bahasa, kosakata, dan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Media punya kekuatan untuk bentuk opini/persepsi masyarakat, dan
ciptakan tren baru di masyarakat. Buktinya saja, banyak masyarakat terutama
kalangan remaja yang mulai ikut mempraktekkan penulisan dan pengucapan Vicky
dalam video-video yang di unggah di situs youtube
Fenomena Vikcy tidak akan besar sebegitunya jika
media tidak turut campur dalam pemberitaan Vikcy dan gaya bahasanya. Saat ini media
membantu fenomena “Vickynisasi” dalam pembodohan kepada masyarakat Indonesia.
Dan apabila yang dilakukan media saat ini terus berlanjut, niscaya akan muncul “Vicky...Vicky” yang lain
dan berikan dampak buruk pada kaedah penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
D. Dampak penggunaan
bahasa “asing” terhadap bahasa kita
Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan manusia bisa hilang. Paling
terancam adalah bahasa yang digunakan di berbagai tempat terpencil di dunia.
Dalam zaman yang kian mengglobal, terhubung, dan homogen, bahasa
yang dipakai di tempat terpencil tidak lagi terlindung oleh batas negara atau
batas alam dari bahasa yang mendominasi dunia komunikasi dan perdagangan.
Dalam artikel Suara-Suara yang Sirna di National
Geographic Indonesia edisi Juli 2012 disebutkan satu bahasa punah setiap
14 hari. Sebelum abad berganti, hampir setengah dari sekitar 7.000 bahasa yang
dipakai di bumi mungkin akan punah, karena masyarakat mengganti bahasa ibunya
dengan bahasa Inggris, Mandarin, atau Spanyol.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mayoritas kegagalan
siswa SMA pada ujian nasional tahun ini ada pada Bahasa Indonesia dan
Matematika. Mereka pelajar di sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, seperti ibu
kota provinsi atau ibu kota kabupaten/kota.
"Kenapa
Bahasa Indonesia dan Matematika, harus kami analisis lagi," kata Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Hamid Muhammad di Jakarta, Kamis (24/5).
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Gaya bahasa Vickynisasi berdampak
negative terhadap EYD
·
Vickynisasi adalah gaya bahasa
orang sok intelek
·
Media massa menjadi media utama
yang ikut bertanggung jawab terhadap pembodohan bahasa dengan menyodorkan
secara terus menerus bahasa vickynisasi
B. Saran
·
Mencintai bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam mewujudkan cita-cita Ikrar Sumpah Pemuda
·
Menggunakan bahasa asing atau
serapan hanya sebagai pendukung komunikasi namun harus tetap benar dan sesuai
penempatannya
·
Media massa harus mendidik dan
menggiring penontonnya agar berbahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak
terpengaruh dengan efek negative bahasa-bahasa prokem atau alay seperti
vikynisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://news.okezone.com/read/2013/09/19/339/868559/bergaya-vickynisasi-wali-kota-makassar-ditegur-hakim
http://anjunofarofpki.blogspot.com/2013/10/media-bantu-fenomena-vickynisasi-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar